BANDARLAMPUNG, Lampungkham — Kantor Perwakilan Bank Indonesia Provinsi Lampung menyatakan perbaikan ekonomi mulai terjadi pada Mei 2021, meski tantangan pandemi covid-19 belum akan mereda.
“Di tengah masih berlangsungnya pandemi covid-19, perekonomian Lampung terus menunjukkan perbaikan meskipun masih dalam fase kontraksi,” kata Kepala Perwakilan BI Provinsi Lampung, Budiharto Setyawan. Hal itu disampaikannya pada webinar Lampung Economic Update Diseminasi Laporan Perekonomian Provinsi Lampung Mei 2021, Senin 5 Juli 2021.
Menurut Budi, pertumbuhan ekonomi Lampung pada triwulan I 2021 terkontraksi sebesar -2,10% (yoy), atau lebih baik dibandingkan triwulan sebelumnya yang juga mengalami kontraksi sebesar -2,26% (yoy).
“Realisasi pertumbuhan triwulan I ini tercatat jauh lebih rendah dibandingkan dengan pertumbuhan triwulan I 2020 sebesar 1,74% (yoy). Realisasi pertumbuhan pada triwulan I 2021 ini juga lebih rendah dibandingkan dengan pertumbuhan ekonomi Sumatera (-0,86%; yoy) dan Nasional (-0,74%; yoy),” jelasnya.
Adapun secara nominal, perekonomian Lampung pada triwulan I 2021 berdasarkan ADHB dan ADHK (2010) masing-masing sebesar Rp88,39 triliun dan Rp59,10 triliun.
Konsumsi rumah tangga, yang memiliki pangsa terbesar terhadap perekonomian Lampung, terkontraksi seiring dengan masih berlangsungnya pembatasan sosial.
“Hal ini antara lain dipengaruhi oleh adanya pembatasan jam operasional kegiatan usaha pusat perbelanjaan hingga pukul 19.00 WIB dan lokasi hiburan lainnya hingga 22.00 WIB yang mulai berlaku 21 Januari 2021 sampai tanggal 8 Maret 2021. Selain itu, kegiatan sekolah belajar dari rumah (daring) tetap dilaksanakan hingga 4 April 2021,” ucap Budi.
Kontraksi yang lebih dalam terjadi pada konsumsi pemerintah disebabkan oleh penurunan pertumbuhan realisasi belanja pegawai APBN dan APBD. Selain itu, terjadi penurunan realisasi belanja barang dan jasa APBN dan APBD. Sebagaimana pola tahunannya, konsumsi pemerintah cenderung rendah pada awal tahun.
Indeks Harga Konsumen (IHK) Provinsi Lampung pada Juni 2021 mengalami inflasi yaitu sebesar 0,18% (mtm), lebih tinggi dibandingkan realisasi inflasi bulan sebelumnya yang mengalami inflasi sebesar 0,15% (mtm) namun lebih rendah dari rata-rata inflasi bulan Juni dalam 3 (tiga) tahun terakhir yaitu sebesar 0,52% (mtm).
“Sementara inflasi Nasional dan Sumatera pada periode yang sama masing-masing mengalami deflasi sebesar -0,16% (mtm) dan -0,01% (mtm).”
Secara tahunan, inflasi Provinsi Lampung masih berada pada rentang sasaran inflasi tahun 2021 sebesar 3±1% yaitu sebesar 2,34% (yoy), atau lebih tinggi dibandingkan inflasi Nasional dan Sumatera yaitu sebesar 1,33% (yoy) dan 1,76% (yoy).
Diterangkan Budi, prospek perekonomian Provinsi Lampung tahun 2021 dan 2022 didorong dari sisi permintaan maupun lapangan usaha. Dari sisi permintaan, perbaikan konsumsi rumah tangga didorong pelaksanaan program vaksinasi yang akan meningkatkan keyakinan masyarakat ditengah perbaikan kondisi ekonomi.
“Disamping itu, peningkatan investasi dipicu pembangunan infrastruktur sekitar JTTS sebagai katalis pertumbuhan kawasan industri baru, serta masih berlanjutnya pembangunan Proyek Strategis Nasional dan prafabrikasi konstruksi jalan dan kereta api,” ungkapnya.
Selain itu, pemulihan ekonomi di Tiongkok dan USA berpotensi meningkatkan permintaan produk olahan komoditas ekspor terhadap kedua negara mitra dagang tersebut.
“Adanya potensi kenaikan impor barang modal seiring percepatan pembangunan infrastruktur strategis dan pembangunan infrastruktur daerah mendorong peningkatan impor, disamping juga peningkatan impor barang konsumsi dan bahan baku penolong sejalan dengan perkiraan terus membaiknya domestic demand,” tutup Budi.**