PESAWARAN, Lampungkham — Tidak hanya potensi wisata di Desa Harapan Jaya yang melimpah, namun juga ada potensi lain yang membuat wisatawan “cepat rindu” untuk kembali mengunjungi.
Jika kita berbicara mengenai keindahan wisata alam dan dengan banyak potensi yang ada, maka bisa dikatakan bahwa salah satu desa di Kecamatan Way Ratai Pesawaran ini adalah yang memiliki potensi tak terbatas.
Selain dikenal dengan Air Terjun Sinar Tiga, Bukit Cendana dan Air Terjun Penyarian, kini di Desa Harapan Jaya juga dikenal dengan usaha penyulingan tradisional dengan enam jenis minyak khas desa ini. Usaha penyulingan milik warga setempat bernama Budi Syahbudin ini telah beroperasi sejak tahun 2014 silam.
“Minyak yang dihasilkan ada 6 jenis, yakni; minyak pala, minyak sereh wangi, minyak nilam, minyak cendana, minyak daun cengkeh dan minyak asyiri,” kata Nunun, istri Budi Syahbudin. Di kediamannya di Dusun Sinar Tiga, Jumat, 09 Juni 2020.
Menurut Nunun, per botol ukuran 100 ml untuk masing-masing minyak dibanderol dengan harga Rp100.000. “Engga ada mereknya, tapi orang bisa kenal dengan minyak Bu Budi Bukit Cendana, ini kan minyak setengah jadi mas,” kata Nunun.
Enam jenis minyak yang dihasilkan dari usaha penyulingan ini menurut Nunun memiliki khasiat berbeda. “Minyak pala untuk menghangatkan badan, buat kerikan jika masuk angin, terapi.
Sedangkan untuk minyak sereh bisa untuk urat kejepit, masuk angin dan perut kembung,” jelasnya.
Khasiat untuk minyak cendana, lanjut Nunun, bisa digunakan untuk campuran parfum dan pewangi ruangan. “Ada juga yang di pakai untuk campuran umpan mancing ikan di laut mas,“ jelasnya.
Sedangkan untuk minyak nilam, menurut Nunun bermanfaat untuk mencegah pertumbuhan dan membunuh kuman penyebab infeksi pada kulit, seperti infeksi akibat luka gores atau luka bakar ringan.
“Sementara itu untuk minyak cengkeh bisa untuk mengobati rangen, gatal, sakit gigi bolong. Dan terakhir minyak asyiri kita kirim ke Bogor,” ungkapnya.
Nunun mengaku selama ini minyak hasil sulingan milik keluarganya dibeli sebagai oleh-oleh para wisatawan yang berkunjung, khususnya di Bukut Cendana.
“Minyak ini juga saya tawarkan kepada orang yang berkunjung dan sudah biasa menggunakan minyak ini untuk obat,” katanya.
Namun, Nunun mengaku usaha penyulingan tradisional milik keluarganya ini beroperasi per hari ini belum mendapatkan perhatian dari pemerintah daerah setempat. “Bahan baku melimpah, kami kekurangan alat suling. Belum ada perhatian dari pemerintah ( belum pernah mendapatkan bantuan ),” pungkasnya. (*)