JAKARTA, Lampungkham — Pancasila saat ini ‘memegang kunci’ dalam mengatasi krisis yang berlarut akibat pandemi Covid-19, yang tidak dimiliki negara lain.
Indonesia akan berperan dalam perubahan sistem kepemimpinan global dengan dukungan akal kolektif bangsa, yang tercermin dalam Pancasila.
“Proses panjang sebagai bangsa sudah dialami Indonesia, tidak gampang menyatukan begitu banyak suku dalam keragaman dalam membangun negara, kalau tidak ada kesadaran akal koletif bangsa,” kata Muhammad Anis Matta, Ketua Umum Partai Gelombang Rakyat (Gelora) Indonesia dalam keterangannya di Jakarta, Rabu 3 Juni 2020.
Hal itu disampaikan Anis Matta dalam Zoominari ‘Relevansi Pancasila dalam Hadapi Krisis Dulu dan Krisis Masa Depan Imbas Covid-19’ yang digelar pada 1 Juni 2020 lalu, ini dipandu oleh Ahmad Nur Hidayat, pendiri Narasi Institute sebagai penyelenggara acara.
Zoominari juga dihadiri pembicara lain Ketua MPR Bambang Soesatyo, mantan KSAU Cappy Hakim, Guru Besar Hubungan Internasional Universitas Indonesia (UI) Hikmahanto Juwana, dosen FISIP UI Chusnul Mariyah dan ekonom senior Fadhil Hasan.
Menurut Anis, tumbuhnya kesadaran akal sehat bangsa, sudah melalui proses ratusan tahun dan peristiwa puncaknya adalah masa penjajahan.
Ketika itu muncul gelombang baru, yakni pergerakan nasional yang berani melawan penjajah, karena mereka berpikir penjajahan tidak bisa lagi dihadapi dengan kedaerahan atau promodial lama.
“Maka pada 28 Oktober 1928 menandai lahirnya bangsa Indonesia, melalui ikrar Sumpah Pemuda. Saya mengartikan Sumpah Pemuda ini sebagai lahirnya Indonesia dari sistem etnis baru dalam satu rumpun, yaitu Indonesia,” katanya.
Karena itu, mantan Presiden Soekarno selaku founding father mengetahui betul bagaimana menumbuhkan akal sehat bangsa Indonesia dalam pidato Lahirnya Pancasila 1 Juni beberapa waktu silam.
“Bung Karno menyadari tidak gampang menyatukan begitu banyak suku dan keragaman membangun negara, dibutuhkan akal kolektif bangsa,” kata mantan Presiden PKS ini.
Anis menilai pandemi Covid-19 yang saat ini, tengah mengubah kemimpinan global pada abad ke-20 dari kapitalis Amerika Serikat ke kekuatan ekonomi Asia Pasifik.
Tatanan dunia baru ini, lanjutnya, terjadi dalam siklus 100 tahunan, seperti abad 16 Portugis, abad 17 Belanda, abad 18 Inggris, serta pada abad 19 Amerika Serikat yang didukung intitusi global antara lain PBB, IMF dan Bank Dunia.
“Akibat peralihan kepemimpinan global ini, pada abad 19 Ottoman Empire (Kerajaan Ottoman Turki) hilang dari peredaran dan Jerman diwajibkan bayar hutang perang,,” katanya.
Diprediksi kekuatan ekonomi baru dunia akan tumbuh di kawasan Asia Pasifik, yakni ada di China, Jepang, Korea Selatan dan Indonesia
Episentrum ekonomi Asia Pasifik ini akan menjadi mayoritas kekuatan eknomi dunia mengalahkan Amerika Serikat dan Uni Eropa.
“Jadi dalam konteks global, solusi mengatasi krisis berlarut dan perubahan kemimpinan global itu sudah terumuskan di Pancasila yang menjadi dasar negera kita. Inilah kesadaran kolektif bangsa,” tegas Anis.
Sementara Ketua MPR Bambang Soesatyo (Bamsoet) mengatakan, Pancasila adalah titik tumpu dan titik temu bangsa Indonesia dalam mengatasi krisis berlanjut seperti semangat gotong royong.
“Yang terpenting dari Pancasila adalah tindakan dan keteladanan,” kata Bamsoet
Sedangkan mantan Kepala Staf TNI AU (KSAU) Marsekal TNI Pur Chappy Hakim menegaskan, saat ini semua memiliki kebersamaan dalam mengatasi krisis Covid-19.
“Tdak ada lagi masalah dengan Pancasila, yang kita butuhkan dalam menghadapi krisis kedepan adalah disiplin dan kebersamaan agar kita bisa survive secara internal,” kata Ceppy Hakim (*)