BANDARLAMPUNG, Lampungkham — Sepanjang tahun 2019 perekonomian global berada dalam fase perlambatan seiring konflik perang dagang yang memanas antara Amerika Serikat dan Tiongkok. Berdasarkan WEO IMF, proyeksi pertumbuhan global pada tahun 2019 mengalami revisi ke bawah dari perkiraan awal, yakni tertahan di angka 3,0% (yoy) atau merupakan titik pertumbuhan terendah semenjak krisis ekonomi global. Revisi tersebut dilakukan sebagai dampak dari meningkatnya hambatan perdagangan dan meningkatnya ketegangan geopolitik. Kondisi tersebut juga memicu penurunan perkiraan WTV (World Trade Volume) di tahun 2019 menjadi sebesar 1,10% yoy, berada di bawah pencapaian tahun 2018 (3,60%;yoy) dan juga target awal tahun 2019.Di tahun 2020, prospek ketidakpastian ekonomi global diperkirakan masih tetap tinggi ditengah meluasnya konflik perdagangan meskipun tendensinya diprediksi sedikit menurun.
Dari sisi harga komoditas, komoditas ekspor utama Lampung di tahun 2019 tidak memiliki daya ungkit yang besar. Di tahun 2019 harga kopi robusta dunia lebih rendah dibanding tahun 2018, namun diperkirakan akan mengalami sedikit peningkatan di tahun 2020 seiring dengan meningkatnya permintaan dan menurunnya supply kopi dari Vietnam.Sementara itu, harga CPO dunia tahun 2019 lebih rendah dibanding tahun 2018, dan diperkirakan tidak meningkat signifikan pada 2020. Harga lada yang sempat mengalami perbaikan di awal tahun 2019, menurun siginifikan di akhir tahun 2019 hingga rata-rata harga lada lebih rendah dibanding tahun 2018. Penurunan harga lada yang terjadi akibat over supply yang tidak diimbangi dengan peningkatan permintaan dan di tahun 2020 diprediksi masih belum akan membaik. Harga komoditas utama lainnya yaitu karet sedikit mengalami perbaikan di tahun 2019 dibanding tahun 2018, namun masih berada di tingkat yang rendah dan ditahun 2020 diprediksi masih akan membaik meskipuntetap ditingkat yang rendah.
Perekonomian Lampung
Perlambatan ekonomi global yang membuat perlambatan ekonomi di negara-negara sumber pertumbuhan dunia menyebabkan perlambatanpertumbuhan ekspor Lampung tahun 2019 dibandingkan tahun 2018. Bahkan pada triwulan I dan III ekspor Lampung mengalami kontraksi. Namun demikian, masih kuatnya konsumsi domestik membawa perekonomian Lampung di tahun 2019 masih mampu tumbuh positif dan diprediksi masih berada diatas pertumbuhan tahun 2018 dalam kisaran 5,1-5,5% (yoy).
Di tahun 2020, konsumsi domestik diperkirakan masih akan menjadi penopang utama ekonomi Lampung. Perkiraan peningkatan disposible income yang diindikasikan dengan adanya kenaikan UMP (Upah Minimum Provinsi) Lampung sebesar 8,51% (yoy), pelaksanaan Pilkada di 8 Kota/Kabupaten akan menjadi pendorong peningkatan konsumsi domestik. Namun demikian, kemungkinan tidak adanya kenaikan gaji pokok PNS (Pegawai Negeri Sipil) tahun 2020 dan juga kenaikan beberapa tarif kebutuhan dasar dapat menjadi faktor yang menahan pertumbuhan konsumsi lebih tinggi di tahun depan.
Masih berlangsungnya beberapa proyek strategis nasional di Lampung serta beberapa rencana pembangunan proyek daerah dapat menjadi penopang ekonomi Lampung di tahun 2020, meskipun nilai realisasi investasi diperkirakan akan menurun dibandingkan tahun 2018 dan 2019 seiring dengan telah selesainya pembangunan Jalan Tol Trans Sumatera (JTTS). Selain itu, kebijakan B30 yang digulirkan pemerintah hingga akhir tahun 2020 menjadi B50 juga menjadi faktor yang dapat mendorong pertumbuhan industri pengolahan Lampung untuk tumbuh lebih baik di tahun 2020.
Pertumbuhan World Trade Volume di tahun 2020 diasumsikan relatif membaik dengan potensi bias ke bawah akibat masih berlangsungnya potensi perlambatan ekonomi pada negara maju seperti Amerika Serikat, Eropa, Tiongkok dan Jepang. Meski harga komoditas dunia seperti kopi, kelapa sawit, karet dan lada diperkirakan mengalami sedikit perbaikan di tahun 2020, levelnya masih diproyeksikan rendah. Selain itu, di tahun 2020 diprediksi industri otomotif masih akan mengalami kontraksi karena standar emisi baru yang diterapkan oleh negara di kawasan Uni Eropa. Di lain sisi, sektor jasa justru mampu mempertahankan pertumbuhan sementara sektor manufaktur dan perdagangan masih cenderung lemah.
Menghadapi perlambatan dan ketidakpastian global serta untuk mendorong pertumbuhan ekonomi Lampung semakin tinggi, hilirisasi dan juga penciptaan sumber pertumbuhan baru perlu terus dilakukan.
Hilirisasi produk unggulan Lampung seperti kopi robusta, CPO, karet, lada, nanas, komoditas perikanan serta berbagai komoditas unggulan Lampung perlu terus dipacu dan diintegrasikan dengan kawasan industri untuk meningkatkan nilai tambahnya. Dukungan infrastruktur strategis seperti jalan tol, fly over, bandara yang telah berstatus internasional, pelabuhan eksekutif serta pelabuhan ekspor berstandar internasional yang telah dimiliki Lampung dapat menjadi kekuatan utama dalam melakukan hilirisasi. Di sisi lain, berbagai hambatan dari segi produksi, peraturan dan perdagangan yang menghambat perkembangan hilirisasi perlu diselesaikan dengan koordinasi efektif seluruh stakeholders terkait.
Selain itu, dengan potensi kekayaan alam dan budaya, posisi yang strategis serta kemudahan akses transportasi, Lampung berpotensi menjadi daerah tujuan wisata unggulan bagi provinsi sekitarnya. Dengan diresmikannya JTTS, perubahan status bandara Radin Inten II menjadi bandara internasional dan juga dibangunnya dermaga eksekutif Bakauheni, ke depan kunjungan wisatawan dari Sumatera dan juga Jawa ke Lampung berpotensi mengalami peningkatan. Upaya penciptaan titik ekonomi baru berupa pengembangan sektor pariwisata yang memiliki potensi untuk mendorong pertumbuhan Lampung harus diimbangi dengan upaya untuk memajukan dan mempromosikan wisata Lampung khususnya pada aspek pengembangan akses ke lokasi wisata, atraksi wisata dan juga amenitas.
Untuk mendukung pertumbuhan investasi Lampung, pada Pertemuan Tahunan Bank Indonesia 2019 yang diselenggarakan pada 5 Desember 2019, diluncurkan website Forum Investasi Lampung (FOILA). Diluncurkannya website FOILA yang berisikan potensi investasi, data makro ekonomi Lampung dan juga informasi-informasi yang diperlukan calon investor, diharapkan dapat menjadi pendorong masuknya investasi untuk pembangunan titik-titik ekonomi baru di Provinsi Lampung dan juga program hilirisasi. Berbagai perizinan, kebijakan pajak dan retribusi daerah, serta peraturan RTRW daerah yang kerap menghambat minat investor harus semakin dipermudah dan dipercepat penyelesaiannya. Hadirnya website FOILA diharapkan dapat menjadikan Lampung sebagai daerah yang makin ramah investasidi tahun 2020.
Dengan berbagai tantangan kedepan, Kantor Perwakilan Bank Indonesia Provinsi Lampung memperkirakan pertumbuhan ekonomi Lampung pada tahun 2020 akan berada pada kisaran 5,3-5,7%(yoy) atau lebih baik dibandingkan pertumbuhan tahun 2019.Kondisi global yang cenderung masih bergejolak dapat terkompensasi dengan masih kuatnya ekonomi domestik Lampung di tahun depan.
Inflasi
Pada tahun 2019, terdapat peningkatan tekanan inflasi pada tengah tahun dibandingkan tahun sebelumnya, meskipun secara rata-rata masih berada dalam batas target inflasi tahunan yakni 3,5±1%(yoy). Peningkatan tekanan inflasi tersebut didorong oleh peningkatan harga aneka cabai yang menjadi penyumbang inflasi terbesar selama 5 bulan berturut-turut akibat keterbatasan pasokan. Selain itu komoditas bawang merah juga menjadi penyumbang inflasi di akhir tahun akibat mundurnya masa tanam seiring dengan kemarau panjang yang terjadi di Lampung.
Musim kemarau panjang akibat dampak El Nino di Lampung yang terjadi hingga minggu kedua Desember membuat beberapa petani menunda masa tanam. Hal tersebut dapat menjadi indikasi mundurnya masa panen di tahun 2020 dan mendorong inflasi bahan pangan. Selain itu, prediksi BMKG Lampung menyebutkan bahwa musim penghujan hanya akan terjadi di awal tahun 2020 hingga bulan April. Sehingga prediksi kemarau panjang akan kembali terjadi di tahun depan dan harus diantisipasi untuk menentukan masa tanam optimal dan juga menjaga ketersediaan bahan pangan.
Selain kondisi cuaca, peningkatan tendensi tekanan inflasi di tahun 2020 juga berasal dari peningkatan harga beberapa tarif yang ditentukan pemerintah seperti listrik, tol, BPJS, cukai rokok dan juga standarisasi kemasan minyak goreng curah yang meningkatkan harga ecerannya.
Meskipun terdapat berbagai tantangan diatas, dengan sinergi dan koordinasi antar lembaga khususnya dalam Tim Pengendali Inflasi Daerah (TPID) yang khususnya dalam penanganan komoditas volatile food, inflasi Lampung pada tahun 2020 akan dapat dijaga pada rentang 3,0±1% (yoy).
Rekomendasi Kebijakan
Provinsi Lampung harus berbangg
Kepala Kantor Bank Indonesia Perwakilan Provinsi Lampung, Budiharto Setyawhati karena ditengah gejolak dan perlambatan ekonomi global masih mampu tumbuh positif. Upaya pembangunan ekonomi yang terus dilakukan oleh Pemerintah Provinsi Lampung perlu diapresiasi dan terus didukung. Beberapa nota kesepahaman investasi yang telah ditandatangani di tahun 2019 harus terus dipantau agar pelaksanaannya tidak mengalami kendala di tahun 2020. Upaya pemerintah untuk terus mengembangkan komoditas unggulan Lampung dengan berbagai program seperti penyelenggaraan festival-festival komoditas, pariwisata budaya dan alam dan juga program pemberdayaan petani perlu terus didukung.
Dukungan ketersediaan SDM yang sesuai dengan kebutuhan ekonomi daerah, kerjasama antara perusahaan, kerjasama antar daerah, deregulasi dan debirokrasi perizinan serta percepatan pengesahan RTRW masih perlu mendapat perhatian.Langkah penting lainnya yang perlu ditempuh Pemerintah Daerah dalam jangka pendek (immediate action) ialah menarik sebanyak-banyaknya investasi swasta ke Provinsi Lampung. Hal tersebut dapat dilakukan melalui perbaikan iklim investasi yang meliputi aspek perizinan, aspek informasi, aspek regulasi, dan aspek komunikasi dan program yang didukung dengan infrastruktur dasar yang handal seperti listrik dan air serta konektivitas yang efisien dan terhubung dengan global value chain.
Bank Indonesia juga terus mendukung upaya pengembangan ekonomi Lampung dengan berperan aktif dalam FOILA dalam upaya meningkatkan investasi swasta, program pengembangan UMKM sebagai upaya pengembangan potensi ekspor dan juga peningkatan Local Economic Development (LED), serta pengembangan klaster pangan untuk pengendalian inflasi.
Pengembangan UMKM go digital melalui UMKM on boarding akan terus dijalankan untuk meningkatkan potensi UMKM sebagai penggerak ekonomi Lampung di tengah era perkembangan ekonomi digital yang semakin pesat.
Dengan berbagai upaya tersebut dan didukung dengan semangat untuk bersinergi, bertransformasi, dan terus mengembangkan inovasi, Bank Indonesia Provinsi Lampung optimis prospek ekonomi Lampung akan lebih baik, inflasi stabil dan terkendali, dan kesejahteraan masyarakat Lampung akan semakin meningkat. (*)
Sumber : Siaran Pers Kantor Perwakilan Bank Indonesia Provinsi Lampung